Perbedaan Antara Kanto dan Kansai, Dua Wilayah Metropolitan Utama di Jepang

Apakah Anda tahu perbedaan antara wilayah Kanto dan Kansai di Jepang? Kedua wilayah ini sebenarnya sangat berbeda dalam hal budaya, makanan, dan bahkan bahasa! Kanto dan Kansai juga merupakan wilayah paling populer di Jepang. Jika Tokyo dan Yokohama menjadi perwakilan kota-kota utama di Kanto, Kansai punya Osaka dan Kyoto. Silakan baca sampai akhir untuk mengetahui lebih lanjut tentang perbedaan antara dua wilayah paling terkenal dan terbesar di Jepang!

Tinjauan Tentang Dua Wilayah Utama di Jepang

Kanto (“-to” untuk “timur”) merujuk pada wilayah Jepang timur, sementara Kansai (“-sai” untuk “barat”) mengacu pada wilayah Jepang barat. Kedua wilayah tersebut terkait erat secara historis dengan relokasi ibu kota dari Kyoto ke Tokyo di tahun 1868. Sejarah panjang dan mendalam itu pun melekat kuat pada status keduanya, yang menjadi wilayah paling dikenal, baik dalam skala nasional maupun internasional. Kota perwakilannya, Tokyo dan Kyoto, juga terus berada di garis depan sebagai kota termakmur saat ini.

Namun, sebenarnya ada beberapa poin dalam hal budaya, kepribadian, dan etika yang membedakan Kanto dan Kansai. Mempelajari perbedaan-perbedaan tersebut mungkin akan bermanfaat untuk kunjungan Anda ke tempat-tempat terkenal di sana, karena keduanya merupakan wilayah yang sangat populer dijadikan sebagai destinasi wisata!

Easygoing (Santai) Kanto vs Overspoken (Banyak Bicara) Kansai

Pertama, mari kita lihat karakteristik umum dan sifat yang sering mendefinisikan orang Jepang. Karakteristik yang paling menonjol dari orang Jepang adalah “mereka memperhatikan pandangan orang-orang di sekitar terhadap diri mereka”. Ada konsep menarik yang disebut “tatemae”. Konsep “tatemae” mengacu pada perilaku baik seseorang yang tidak didasari ketulusan hati atau kejujuran, karena ia berperilaku baik hanya agar orang-orang di sekitar berpendapat positif tentangnya. Singkatnya, “tatemae” adalah “wajah” orang Jepang yang ditampilkan di muka umum untuk mengikuti norma sosial, dan sering terlihat pada gaya berkomunikasi orang Jepang.

Berdasarkan karakteristik umum tersebut, sekarang mari kita lihat perbedaan karakteristik antara orang Kanto dan Kansai. Kanto (khususnya Tokyo) adalah pusat Jepang, tempat orang-orang dari seluruh negeri berkumpul untuk bekerja atau belajar. Sementara itu, Kansai bertindak sebagai penghubung, terutama untuk orang-orang yang berasal dari Jepang barat. Pola migrasi ini memainkan peran besar dalam budaya masing-masing wilayah.

Orang-orang yang tinggal di Tokyo sebagian besar berasal dari luar kota, dan mereka membawa serta adat dan budaya dari daerah kelahiran mereka. Hasilnya, masyarakat Tokyo dan orang-orang di daerah sekitarnya cenderung menjaga jarak dengan orang lain di sekeliling mereka agar tidak terpengaruh dengan budaya lain. “Tatemae” yang disebutkan sebelumnya kemudian diimplementasikan sebagai bentuk “pertahanan diri”. Jadi, jika Anda benar-benar ingin menjadi orang Tokyo sejati, sangat penting bagi Anda untuk mematuhi aturan, kebiasaan, dan perilaku yang mereka terapkan demi menciptakan ruang publik yang nyaman bagi semua orang.

Di sisi lain, orang Kansai dapat dikategorikan sebagai orang yang sangat “blak-blakan / tanpa basa-basi”. Banyak di antara mereka yang tidak ragu untuk memulai pembicaraan dengan orang yang mereka tidak kenal. Namun, bukan berarti “tatemae” tidak diaplikasikan di sini. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang Kansai lebih suka mengemukakan pendapat mereka secara terbuka.

Osaka juga dikenal sebagai tempat kelahiran “komedi” di Jepang, dan budaya komedi telah mengakar dalam masyarakatnya. Pernahkah Anda menonton pertunjukan Manzai di TV? Dalam Manzai, ada dua orang yang memainkan peran berbeda, satu orang akan menjadi “boke” – orang yang membuat lelucon dengan menceritakan suatu kisah, situasi, atau fakta yang jelas-jelas salah, dan satu orang lainnya menjadi “tsukkomi” – orang berpikiran lurus yang harus memperbaiki “kesalan” dari “boke”, seringkali disertai dengan candaan fisik untuk membuat orang yang menonton semakin terpingkal.

Osaka dan Kyoto sama-sama menjadi rumah bagi banyak orang yang berasal dari berbagai prefektur dan wilayah di Jepang barat. Akan tetapi, meskipun ada perbedaan budaya di antara orang asli Kansai dan pendatang, rasa saling menghormati satu sama lain dan kekaguman dengan komedi memungkinkan mereka mengatasi segala perbedaan itu dan membangun hubungan baik.

Kanto yang Individual vs Kansai yang Ramah

Seperti yang disebutkan sebelumnya, daerah metropolitan Tokyo sebagian besar terdiri dari orang-orang luar daerah. Oleh sebab itu, menghormati privasi orang lain, menggunakan “tatemae”, dan tidak mengutarakan pendapat sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Inilah alasan mengapa di wilayah Kanto, orang-orang cenderung menghindari pembicaraan dengan staf di mini market, restoran, atau bar, kecuali benar-benar diperlukan. Bahkan, berbicara dengan orang asing di jalan adalah hal yang tidak masuk akal!

Sebaliknya, di Kansai, tidak jarang kita melihat banyak orang bercakap-cakap dengan staf di toko membicarakan bermacam-macam topik, dan tiba-tiba memulai obrolan membahas cuaca pun merupakan hal yang wajar. Para pembeli juga sering mengekspresikan rasa terima kasih mereka kepada staf toko setelah membayar belanjaan, bahkan di bar atau kafe, orang-orang tidak akan ragu untuk memulai percakapan dengan sesama pelanggan dan menjadi akrab dalam beberapa menit!

Ada satu lagi karakteristik yang biasanya terlihat pada orang-orang Kansai yang ceria dan jujur: mereka menyukai harga murah! (Siapa yang tidak?) Jika tawar-menawar merupakan peristiwa yang sangat langka di Tokyo, hal itu tidak demikian di Osaka, karena terjadi setiap saat. Orang Tokyo sangat rentan terhadap tren, sedangkan orang Osaka mengikuti cara berpikirnya sendiri sehingga mereka dapat dengan mudah dan berani menuntut harga yang lebih rendah.

Kesimpulannya, orang Kansai adalah orang-orang yang ramah, ekspresif, dan lebih terbuka. Namun, tidak dengan orang Kyoto, karena mereka dikenal memiliki kepribadian yang tertutup. Tentu saja, dalam hal apa pun, pasti ada pengecualian sehingga sulit untuk menggeneralisasi seluruh wilayah.

Berdiri di Eskalator: Kiri atau Kanan?

Ketika menggunakan eskalator di wilayah Kanto, Anda harus berdiri di sisi kiri. Sementara di Kansai, Anda harus berdiri di sisi kanan. Mungkin Anda bertanya-tanya mengapa sisi satunya dibiarkan kosong. Hal itu dilakukan untuk memberikan jalan kepada orang-orang yang ingin berjalan di eskalator karena sedang terburu-buru, dan ini dianggap sebagai salah satu bentuk sopan santun. Saat pertama kali datang ke Jepang, wajar jika Anda berdiri di sisi yang salah, bahkan orang Jepang yang tiba di Osaka dari Tokyo maupun sebaliknya, sering lupa atau keliru. Perlu juga untuk diketahui bahwa di daerah pedesaan, terlepas di wilayah mana Anda berada, peraturan tidak ditetapkan secara ketat, dan orang-orang dapat berdiri di kedua sisi.

Modis Kanto vs Eksentrik Kansai

Hanya ada sedikit perbedaan dalam fesyen antara Kanto dan Kansai pada generasi milenial. Namun, itu semua tentu saja bermuara pada preferensi setiap individu. Kanto umumnya cenderung lebih mengarah kepada gaya fesyen yang populer, sementara Kansai menyukai tampilan yang lebih unik dan mencolok untuk mengekspresikan diri mereka melalui mode.

Taksi Berwarna-warni di Kanto vs Taksi Warna Hitam di Kansai

Berlawanan dengan fesyen unik di Kansai, taksi di wilayah ini kebanyakan berwarna hitam. Sebaliknya, warna taksi di Kanto sangat bervariasi, ada kuning, oranye, putih, dan hitam. Meskipun memiliki warna yang berbeda, biayanya tetap sama. Jadi, Anda tidak perlu khawatir dalam memilih!

Budaya Makanan di Kanto dan Kansai

Ketebalan Roti Tawar

Roti tawar adalah salah satu dari sedikit makanan yang umum dimakan oleh orang-orang di seluruh dunia. Namun, roti sederhana ini pun dapat membedakan antara Kanto dan Kansai. Hal itu dapat dilihat dari lebar setiap irisan! Di Kansai, roti tawar diiris menjadi 4 atau 5 irisan, sementara di Kanto, mereka mengirisnya menjadi 6 atau 8 irisan. Anda dapat membeli irisan tebal atau tipis di kedua wilayah itu, dan soal selera, pasti akan berbeda-beda untuk setiap orang.

Sup Udon

Mi memainkan peran besar dalam budaya makanan di Jepang. Salah satunya adalah udon, mi yang sudah dinikmati sejak dulu. Terbuat dari tepung, udon memiliki bentuk panjang dengan tekstur yang kenyal. Makanan ini juga termasuk ke dalam salah satu makanan nasional. Tergantung pada wilayahnya, bahan-bahan dan rasa udon dapat sangat berbeda.

― Udon Kanto: Warna yang Dalam dan Kaya akan Rasa

Di wilayah Kanto, dashi (kaldu) udon utamanya dibuat dengan katsuobushi (serpihan bonito kering), memiliki rasa umami yang dalam dan kaya akan rasa. Serutan tipis dari katsuobushi menghasilkan rasa yang ringan dan sederhana, sementara serutan yang tebal memberi Anda tendangan rasa yang tepat dan kuat. Kecap asin hitam dan mirin (sake manis untuk masakan) juga ditambahkan untuk memberikan warna yang lebih gelap, tetapi rasanya lebih ringan dari yang Anda kira. Orang Kanto menyukai rasa yang kuat sehingga mereka akan membiarkannya meresap ke dalam sayur-sayuran lokal yang digunakan.

― Udon Kansai: Warna Ringan dan Rasa yang Lembut

Di wilayah Kansai, konbu (sejenis rumput laut) banyak digunakan untuk membuat dashi, karena dapat menciptakan rasa yang gurih dan lembut. Light soy sauce (kecap asin berwarna terang) juga ditambahkan ke dalam dashi. Jika dibandingkan dengan udon di Kanto, dashi udon di Kansai memiliki warna yang lebih ringan, tetapi kaya akan rasa dan gurih. Orang-orang Kansai juga menyukai bumbu yang ringan untuk menikmati cita rasa asli dari setiap bahan-bahan yang digunakan. 

Berbagai Nama untuk “Bakpao”

Meskipun dua makanan yang tercantum di atas berbeda dalam rasa dan penyajian, ada pula makanan yang persis sama di kedua wilayah ini, tetapi disebut dengan nama yang berbeda. Salah satu contohnya adalah bakpao. Orang Kansai menyebutnya “buta-man” (roti / bakpao babi), sedangkan di daerah lain disebut “niku-man” (roti / bakpao daging). 

Ada banyak merek daging sapi di Kansai, seperti daging sapi Matsusaka dan Kobe. Itulah sebabnya kata “niku” sering diinterpretasikan sebagai “daging sapi”. Agar tidak membingungkan, orang-orang Kansai mulai menyebut niku-man yang berisi daging babi dengan sebutan buta-man (buta = babi) dan menyebut niku-man untuk isian daging sapi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, dengan semakin meluasnya mini market di seluruh negeri yang menjual bakpao dengan nama “niku-man”, wilayah Kansai perlahan-lahan mulai mengakuinya sebagai nama alternatif dari makanan lezat yang satu ini.

Penggunaan Kata di Kanto dan Kansai

Dialek Kansai dan dialek Kanto (bahasa Jepang standar) sangat berbeda tidak hanya dalam intonasi, tetapi juga dalam hal penggunaan kata.

Jika di Indonesia kita menyebut semester untuk masa kuliah di universitas, maka di Jepang itu mengacu pada tahun ke berapa Anda sudah belajar di universitas. Contohnya, semester 1 dan 2 di Indonesia disebut tahun pertama atau ichi-nensei (1年生) dalam bahasa Jepang. Umumnya, Anda akan mengatakan “(tingkatan tahun)-nensei”, tetapi hanya di Kansai mereka mengatakan “(tingkatan tahun)-kaisei”. Itu hanya berlaku untuk universitas, karena sebutan “(tingkatan tahun)-nensei” juga digunakan untuk tingkatan di SD, SMP, dan SMA di wilayah Kanto.

Ada banyak istilah unik di wilayah Kansai yang mungkin tidak dipahami oleh orang luar. Berikut adalah beberapa kata lain yang berbeda dalam bahasa Jepang standar dan dialek Kansai:

・Membersihkan / merapikan – Katazukeru – 片づける (standar) : Naosu – なおす (Kansai)
・Membuang – Suteru – 捨てる (standar) : Horu – 放る(ほる) (Kansai)
・Makanan pendamping alkohol – Otsumami – おつまみ (standar) : A-te – あて(Kansai)
・Teman – Tomodachi – 友達 (standar) : Tsure – ツレ(Kansai)
・Keren – Kakkoii – かっこいい (standar) : Shutto shiteru – シュッとしてる(Kansai)

Budaya Makan di Kanto dan Kansai – Makan Nasi Dengan Okonomiyaki?!

Okonomiyaki adalah makanan populer Jepang yang dinamai dari: cara memanggangnya (yaku) dan preferensi (okonomi) dalam memasaknya, baik dalam hal bentuk, bahan-bahan, atau bumbu yang digunakan. Okonomiyaki merupakan makanan asli Osaka, bersama dengan Takoyaki, makanan lezat ini dianggap soul food-nya penduduk setempat. Namun, Kanto dan Kansai memiliki cara menyantap okonomiyaki yang berbeda!

Di Kansai, dan khususnya di Osaka, orang-orang memakan okonomiyaki dengan nasi – karbohidrat dan karbohidrat! Bagi orang di luar Kansai, cara tersebut dianggap aneh, karena masakan Jepang awalnya didasarkan pada makanan yang bergizi seimbang. Akan tetapi, jika kita melihat bagaimana orang Jepang memakan dumpling dengan nasi, sementara orang Cina memakan dumpling sebagai hidangan utama, memadukan karbohidrat dengan karbohidrat sebenarnya mungkin sudah menjadi cara makan orang Jepang. Jadi, tidak perlu heran.

Budaya Makan di Kanto dan Kansai – Setiap Rumah di Kansai Memiliki Mesin Pembuat Takoyaki! Sementara di Kanto, Ada Hidangan Unik yang Terbuat dari Tepung!

Mulai dari okonomiyaki hingga negiyaki, akashiyaki, dan bahkan takoyaki, orang Kansai menyukai makanan yang berbahan dasar tepung! Fakta bahwa banyak orang Kansai yang memiliki mesin pembuat takoyaki di rumah juga semakin menguatkan stereotip ini!

Akan tetapi, Kanto juga punya hidangan sendiri yang berbasis tepung, lho! Namanya “monjayaki”, hidangan lokal yang dibuat dengan menambahkan beberapa bahan ke dalam campuran tepung yang dilarutkan dalam air, kemudian digoreng di atas wajan besi. Meskipun mirip okonomiyaki, perbandingan tepung dengan airnya berbeda, dan saus serta topping-nya pun dicampur dalam adonan agar tidak mengeras bahkan setelah dipanggang di atas hot plate. Monjayaki adalah hidangan bertekstur lembut dan beraroma gurih yang terasa lezat di setiap gigitan!

Kesimpulan

Wilayah Kanto dan Kansai memiliki sejarah berharga selama berabad-abad, serta menyimpan banyak tempat wisata di dalam kota-kota besarnya, seperti Tokyo, Yokohama, Osaka, dan Kyoto. Baik Anda pernah pergi ke sana sebelumnya atau berencana akan mengunjungi kedua wilayah ini, kami berharap Anda dapat menggunakan pengetahuan mengenai perbedaan antara Kanto dan Kansai untuk sepenuhnya membenamkan diri ke dalam budaya lokal dan menikmati liburan Anda di Jepang!

The information in this article is accurate at the time of publication.

The information in this article is accurate at the time of publication.

0 Shares: